Karimun Jawa merupakan satu-satunya destinasi alam andalan Jawa Tengah. Surga bawah lautnya dapat diandalkan. Tapi karena lokasinya terlalu dekat dengan rumah tinggal saya, Karimun Jawa hampir saya abaikan. Cukup lama Karimunjawa tidak masuk dalam daftar tujuan traveling saya. Tanpa sadar, biasanya kita sering mengabaikan hal-hal yang justru jaraknya paling dekat dengan kehidupan kita. Bagi para traveler, tempat-tempat yang jauh didatangi dengan susah payah, tapi yang dekat seringkali malah terabaikan. Bukan bermaksud merendahkan sih, tapi lebih kepada “Ah, dekat rumah ini. Bisa kapan-kapan aku datangi, gak usah buru-buru.”
Benar begitu?
Makanya, kalau misalnya saya mengunggah foto destinasi di suatu daerah di medsos, teman-teman yang berasal dari daerah tersebut akan berkomentar kurang lebih, “Aku malah belum pernah ke sana. Padahal dekat dengan rumah.” Begitu pula yang terjadi dengan saya dan Karimun Jawa.
Saya sudah menjelajahi keindahan laut di Ujung Kulon, Kepulauan Seribu, Derawan, bahkan sampai ke Takabonarate, akan tetapi Karimun Jawa yang lokasinya justru paling dekat dengan lokasi tempat tinggal saya malah belum sempat disambangi.
Saya tinggal di Kota Semarang, ibu kota Jawa Tengah. Karimun Jawa berlokasi di Jepara, Jawa tengah. Masih satu provinsi. Untuk sampai ke Jepara, dari Semarang hanya perlu waktu sekitar 2 jam. Dari Jepara ke Karimun Jawa, perlu menyeberang dengan menggunakan alat transportasi kapal cepat selama kurang lebih 2 jam. Tak terlalu jauh kan? Tapi ya gitu, “Ah kapan-kapan saja ke KarimunJawa. Dekat ini…!”
Sampai suatu ketika, tiba-tiba 2 orang teman (satunya dari Jakarta, satunya lagi dari Padang), Adrie dan Iis, menyatakan ingin menginap di rumah saya dan minta diantar ke Karimun Jawa.
“Masak kamu yang tinggal di Semarang gak mau ikut sekalian ke Karimun Jawa? Belum pernah ke sana? Padahal kan lebih dekat dirimu daripada kami?” Begitulah pertanyaan mereka yang terasa bagai tamparan bagi saya. Aduh memalukan!
Akhirnya, hari itu sekitar jam 8 pagi, kami bertiga sudah berada dalam perjalanan menuju ke Jepara. Saya di belakang setir, Adrie menjadi navigatornya melalu gps seluler, sedangkan Iis duduk di belakang sambil menjawab pertanyaan beberapa rekan kantornya seputar masalah pekerjaan.
Perjalanan menuju Jepara boleh dibilang lancar, hanya di beberapa titik saja kami menemui kemacetan. Sampai Pantai Kartini, Jepara, saya langsung memarkir mobil di lokasi parkiran khusus untuk kendaraan yang menginap. Setelah makan siang di warung dekat dermaga dan mencicipi rujak gerobak dorongan, kami segera menaiki kapal Express Bahari.
Selama berada dalam kapal, kami menghabiskan waktu dengan tidur. Saya sempat terbangun sebentar, tapi kemudian melihat gelombang ombak yang tingginya hampir sama dengan pintu kaca kapal, saya memilih tidur lagi.
Sampai Karimun Jawa, hari sudah menjelang sore. Setelah meletakkan barang-barang bawaan di tempat penginapan, kami langsung menuju dermaga melihat-lihat situasi sambil menunggu detik demi detik tenggelamnya matahari. Puas mengambil jepretan pada saat matahari terbenam, kami langsung berjalan kaki menuju lapangan/alun-alun. Lapangan rumput itu dikelilingi penjual makanan seafood dengan harga yang murah meriah. Bagai orang yang sudah seminggu belum makan, kami memesan berbagai menu, dari mulai cumi bakar, ikan bakar, udang bakar, jagung bakar, pisang bakar, dan tak lupa es kelapa muda, Ludes pula!
Baca juga: Museum Trowulan dan kolam Segaran
Pagi harinya, kami sudah bersiap-siap dengan baju renang dan alat snorkeling. Tujuan kami pertama bersnokeling ke Pulau Cemara. Menyeburkan diri dan menikmati keindahan dalam laut di sekitar pulau ini, sungguh membuat saya berdecak kagum. Terumbu karang dengan berbagai bentuk yang indah dan ikan-ikan yang beramai-ramai merubung setiap kali kita menebarkan remah-remah roti, memberikan sensasi yang luar biasa.
Dari Pulau Cemara kami langsung menuju pulau Tanjung Gelam. Pantai di pulau ini, sungguh eksotis sekali! Perpaduan antara awan yang putih kebiru-biruan, pasir yang putih bersih, laut yang biru kehijau-hijauan serta pohon-pohon semacam pinus yang banyak tumbuh di sana, seolah merupakan landscape yang maha sempurna! Selain berfoto-foto, banyak sekali kegiatan yang kami lakukan di sini. Saya berlari-lari dan tidur-tiduran di pantai untuk mencoba menyatu dengan pasir dan air lautnya. Adrie malah menari-nari di atas pasir putih pantai itu. Sedangkan Iis, bergelayutan manja di dahan pohon cemara dan melompat-lompat riang di atas pasir. Seru!
Sementara kami melampiaskan rasa bahagia menikmati keindahan pantai Tanjung Gelam, makan siang tengah disiapkan. Dari kejauhan saya dapat mencium bau kelezatan ikan yang tengah dibakar. Bau itu semakin membuat perut saya makin berteriak-teriak kelaparan. Untunglah makan siang segera tersedia. Dan dalam hitungan menit, ikan-ikan yang dibakar itu hanya tersisa duri-durinya saja. Setelah makan siang yang lezat itu, kami segera kembali ke kapal untuk menuju ke tempat penangkaran ikan hiu yang ada di Pulau Menjangan.
Ada banyak ikan hiu dan penyu yang berenang kesana kemari dalam penangkaran. Agak sedih saya. Bawaannya saya pengin melepas ikan-ikan dan penyu itu ke lautan lepas. Mereka tak seharusnya di sini bukan? Daripada saya melakukan sesuatu yang membuat pemilik penangkaran ini marah, maka saya lebih baik menjauh dari tempat itu.
Dari tempat penangkaran hiu, kami kembali menaiki kapal menuju tempat snorkeling di daerah Menjangan Kecil. Pemandangan bawah laut di lokasi ini juga tak kalah indahnya dengan pemandangan di sekitar Pulau Cemara. Dari sana, karena hari sudah sore, maka kami kembali ke tempat penginapan. Dan kembali lagi berjalan kaki menuju lapangan alun-alun tempat penjaja seafood bakar menyediakan menu-menu yang lezat dengan harga yang murah meriah. Hanya saja untuk kali ini kami meluangkan waktu untuk mencari souvenir karena besok kami sudah harus kembali pulang. Penjual souvenir itu juga berjejer di sekitar lapangan. Ada yang menjual gelang, kalung, t-hirt, dan lain sebagainya. Saya dan Adrie membeli beberapa t-shirt untuk oleh-oleh, sedangkan Iis membeli banyak gelang dan kalung untuk oleh-oleh teman kantornya.
Jadwal kepulangan kami siang hari, jadi masih ada banyak kesempatan untuk mengeksplor dan menikmati keindahan Karimun Jawa. Tapi ternyata destinasi wisata ini tak hanya menyediakan keindahan lautnya saja. Pihak travel menawari dua pilihan: wisata laut (lagi) atau darat. Dengan berbagai pertimbangan kami akhirnya memilih wisata darat. Kami diajak trekking ke Bukit Joko Tuo.
Disebut Joko Tuo, katanya berasal dari paus raksasa yang bernama Joko Tuo. Paus itu terdampar ke bukit itu, karena konon dulunya Karimun Jawa masih berada di bawah laut. Paus raksasa yang panjangnya sekitar 6-7 meter ini, dan sekarang hanya berupa fosil atau kerangka utuh yang tersimpan di gubug yang terbuka.
Dari atas Bukit Joko Tuo, kita bisa melihat panorama yang cantik. Baik itu perkampungan atau desa di Karimun Jawa, lautnya yang membiru, juga kapal-kapal yang berlabuh di pinggir dermaga. Keren, pakai banget! Apalagi kalau dilihat pas saat-saat matahari tenggelam. Wuah!
Selepas dari Bukit Joko kami diantar ke pantai Geleang. Pantai itu, pasirnya putih dan ditumbuhi banyak pepohonan, Di sana sudah banyak wisatawan lain yang sedang berfoto-foto di tepi pantai dan karang bebatuan. Karena terlalu ramai, Iis mengajak kami berjalan agak jauh mencari lokasi foto yang lebih sepi.
Akhirnya, setelah melewati deretan pohon-pohon dan gubug-gubug penjual makanan, sampailah kita di suatu tempat yang batu karangnya banyak banget. Pemandangan di sini juga indah sekali. Kamipun berpuas-puas diri berfoto-foto dengan berbagai pose. Maklum, narsis tingkat tinggi!
Tak lama kemudian, pihak travel mendekati kami bertiga dan mengajak segera pergi meninggalkan lokasi yang cantik itu. Kapal express Bahari, siap mengantar kami menyeberang kembali ke Pantai Kartini Jepara. Dan lagi-lagi selama perjalanan di kapal, kami habiskan waktu dengan tidur. Begitu sampai, kami langsung menuju tempat parkir mobil. Kali ini Adrie yang memegang kemudi. Mobilpun dilajukan dari Jepara langsung menuju Stasiun Tawang Semarang. Adrie dan Iis melanjutkan perjalanan kembali ke Jakarta, saya melanjutkan perjalanan kembali ke rumah.
Baca juga: Hotel Grand Candi Semarang, dibalut citra seni tinggi
Tips Mengunjungi Karimun Jawa
- Sebaiknya mengunjungi Karimun Jawa pada bulan April sampai Oktober, disaat cuaca cenderung masih bersahabat.
- Penyeberangan dari Pantai Kartini Jepara ke Karimun Jawa hanya berlangsung dua kali, sekitar jam 7-8 pagi dan jam 1-2 siang.
- Pastikan untuk menikmati berbagai menu seafood segar di lapangan alun-alun. Tapi, jika pada hari Jumat atau Sabtu, pastikan datang lebih awal agar kebagian tempat duduk dan seafood segar masih tersedia banyak.
- Banyak penginapan di Karimun Jawa, baik itu hotel maupun homestay. Jadi,tak perlu kuatir jika memang terpaksa pergi sendirian dan tidak menggunakan jasa travel/tour.