Terkesima Tarian Lumba-lumba di Pulau Hatta

Pulau Hatta adalah salah satu pulau dari sekian gugusan pulau-pulau di Kepulauan Banda, Maluku Tengah. Dulunya, pulau ini dikenal dengan nama Pulau Rosengin atau Rozengain. Mungkin demi menghormati nama Bung Hatta, meskipun menurut catatan sekalipun beliau belum pernah berkunjung ke Pulau Rozengain. Pulau ini wilayahnya terhitung kecil dan hanya dihuni oleh 2 desa saja. Namun keindahan bawah lautnya jangan disangsikan lagi. Wow banget deh! Kalau pas lagi beruntung, saat menuju pulau ini, kita akan bertemu dengan rombongan ikan lumba-lumba yang menari-nari di sisi kanan atau kiri kapal yang kita tumpangi. Keren!

Nenek Moyang yang Dulunya Ahli Membuat Batu Bata

Kapal ini yang membawa kami dari Banda Neira ke Pulau Hatta pulang pergi
Kapal ini yang membawa kami dari Banda Neira ke Pulau Hatta pulang pergi

Meskipun warga masyarakat Pulau Hatta dikenal sebagai perajin gerabah, namun dulunya sumber utama perekonomian penduduk di Pulau Hatta adalah pala dan fuli. Sayangnya, pada 1634, seluruh pohon pala di pulau ini dimusnahkan oleh Belanda untuk menegakkan monopoli perdagangan. Karena kehilangan mata pencaharian utama, akhirnya penduduk pulau ini bermigrasi ke Pulau Banda Besar dan ke Pulau Seram. Sehingga, bisa dikatakan, pada saat itu Pulau Hatta sudah kehilangan penduduk dan perkebunan pala. Pihak Belanda sendiri, pernah mengupayakan pembuatan batu bata di pulau ini dan penanaman pohon jati secara besar-besaran, namun setelah 25 tahun berjalan tidak menampakkan tanda-tanda keuntungan dan malah jatuh merugi, akhirnya usaha ini ditutup dan Pulau Hatta dijadikan sebagai tempat pembuangan tahanan saja.

Pulau Hatta tampak dari kejauhan
Pulau Hatta tampak dari kejauhan. Tak ada dermaga. Kapal yang ingin menepi sandar, tinggal mendekat lalu sandar saja.

Dengan luas sekitar 420 Ha, Pulau Hatta sekarang dihuni oleh 2 desa, yaitu Kampung Lama dan Kampung Baru, dengan jumlah penduduk sekitar 1.000 jiwa. Meski dulu pala sempat dibumi-hanguskan oleh Belanda, sekarang warga di pulau ini bisa memiliki kebun pala yang tumbuh subur. Dan memang masih ada beberapa pohon jati yang tumbuh di sini, namun tidak seberapa banyak dan kayu itu digunakan oleh penduduk setempat untuk membuat rumah atau dijadikan perahu. Dan jika dulu nenek moyang mereka ahli membuat batu bata dari tanah, sekarang beberapa diantara mereka ada juga yang masih membuat batu bata, namun dari bahan semen dan pasir.

Siap-siap menyelami keindahan bawah laut Pulau Hatta
Siap-siap menyelami keindahan bawah laut Pulau Hatta

Sama seperti Kampung Adat di Pulau Banda Besar, Pulau Ay atau Pulau Run, Pulau Hatta juga merupakan kampung adat. Tiap-tiap kampung adat memiliki kora-kora yang berbeda dengan nama yang berbeda pula. Itu sebabnya, penduduk Pulau Hatta juga memiliki kora-kora adat yang bernama Arumgese. Kora-kora atau belang adalah perahu adat masyarakat Banda. Awalnya, perahu ini digunakan dalam upacara adat setempat atau menyambut tamu besar. Namun sejak bangsa Eropa berupaya menguasai Kepulauan Banda, perahu kora-kora berubah fungsi menjadi kendaraan perang di lautan untuk melawan penjajah.
Untuk mengenang jasa dan perjuangan para pendahulunya, sekarang tiap tahun sekali diselenggarakan Festival Kora-kora di Banda Neira yang diikuti oleh berbagai desa setempat. Jika penasaran dengan wujud perahu kora-kora, kita bisa melihatnya di depan Istana Mini di Banda Naira, dekat dermaga.

BACA JUGA: Wisata Sejarah di Banda Neira Dari Istana Mini Hingga Belgica

Pemandangan Bawah Lautnya yang Menawan

Saya dan Pak Kapten kapal berpose bersama
Saya dan Pak Kapten kapal berpose bersama

Pulau Hatta belakangan ini menjadi primadona bagi wisatawan yang menyukai pemandangan bawah laut. Karena memang bawah lautnya memiliki potensi wisata yang besar. Jika dilihat dari letak dan posisinya, Pulau Hatta merupakan pulau yang letaknya paling selatan sekaligus yang paling timur dari pulau-pulau lain di Kepulauan Banda. Lokasinya, kira-kira 9 km dari Pulau Banda Besar dan berhadapan-hadapan dengan Desa Waer. Jika dilihat dari Pulau Neira, lokasinya berada di sebalik atau di belakang Pulau Banda Besar. Untuk mencapai pulau ini, diperlukan waktu sekitar 1,5 jam dari Banda Naira.

Pulau Hatta dikelilingi air yang berwarna biru kehijauan. Bikin Meleleh.
Pulau Hatta dikelilingi air yang berwarna biru kehijauan. Bikin sirip berasa langsung keluar dari tubuh ini..

Selama mengeksplor Pulau Hatta, saya tak lagi ditemani Saiful. Teman saya kali ini, Ichy, salah seorang traveler yang saya kenal ketika menginap di Ora Beach Resort. Ichy-lah yang mengajak saya untuk ambil paket dive yang ditawarkan dari hotel tempat dia menginap. Gak mahal kok, kata dia mengiming-imingi. Saya mengiyakan ajakannya karena ingin melengkapi kunjungan saya di Banda Neira. Dari mulai wisata sejarah, perkebunan pala (nutmeg plantation) dan wisata bawah laut. Pulau Hatta sendiri memiliki kekayaan bawah laut yang luar biasa. Selain itu juga masih orisinil karena belum banyak wisatawan yang berkunjung kesini. Jadi, rasanya sayang betul, kalau saya sampai melewatkan kesempatan menikmati keindahan bawah lautnya.

BACA JUGA: Ora Beach Resort Semakin Terpana Akan Pesonanya

Keindahan bawah laut Pulau Hatta
Keindahan bawah laut Pulau Hatta

Spot dive di perairan Kepulauan Banda, merupakan surga bagi mereka yang menggilai aktifitas menyelam. Ada 22 spot dive yang bisa kita jelajahi untuk menikmati keindahan bawah lautnya. Salah satu spot dive yang menakjubkan ada di sekitar perairan Pulau Hatta. Tampaknya, spot-spot dive di Kepulauan Banda ini lebih dikenal oleh para penyelam dari luar negeri. Pasalnya, di hotel tempat Ichy menginap banyak diver-diver yang berasal dari luar negeri, baik itu Australia, UK, Kanada dan sebagainya. Salah seorang diantaranya, dia diver asal Perancis, malah ikut rombongan saya dan Ichy.

Lumba-lumba yang riang menari di samping kiri-kanan kapal.
Lumba-lumba yang riang menari di samping kiri-kanan kapal

Dalam perjalanan dari Banda Neira menuju Pulau Hatta, saya dibuat tekesima oleh serombongan ikan lumba-lumba yang berlompatan dengan riang gembira di samping kiri dan kanan kapal yang kami tumpangi. Seolah mereka sedang menarikan sebuah tarian ucapan selamat datang buat saya dan kawan-kawan. Saking terkesimanya, saya sampai lupa mengambill foto dan mengabadikan momen langka itu. Ketika ingat, mereka sudah pergi menjauh. Duh!

Susah sekali mengabadikan lumba yang menari-nari itu :(
Pengennya sih motoin sebadan, apa daya cuma sirip lumba-lumba yang kejepret 🙁

Selama menyelami keindahan bawah laut Pulau Hatta, saya dibuat ternganga-nganga oleh keberadaan jenis ikan yang besar-besar dan keragaman terumbu karangnya yang berwarna-warni. Hampir satu jam lebih saya menyelami keindahan bawah laut di sini, dan hal ini merupakan rekor terlama saya betah menikmati keindahan bawah laut dari semua laut yang pernah saya datangi. Sebenarnya, banyak spot-spot bawah laut yang bagus di sekitar Pulau Hatta. Di depan pulau dan di belakang pulau. Tapi kami hanya diberi kesempatan dua spot saja.

BACA JUGA: Takabonerate, Pesona Magis di Ujung Sulawesi Selatan

Terumbu karang yang masih sehat ada di sekitar Pulau Hatta sini
Terumbu karang yang masih sehat ada di sekitar Pulau Hatta sini

Setelah menyelam di spot pertama, kapten kapal segera meminggirkan kapal kami dan sandar di Pulau Hatta. Kami akan beristirahat di sini sambil makan siang. Makan siang di tepi pantai yang pasirnya putih, itu sesuatu banget. Panas terik matahari tak saya gubris. Sementara setelah makan siang, si bule Perancis malah berjemur di tepi pantai. Hanya kepalanya saja yang ditutup handuk. Sementara saya dan Ichy memilih berteduh di bawah pohon sambil menikmati menu makan siang: sayur sawi dan ikan goreng.

Mampir sejenak sandar ke Pulau Hatta untuk sekedar menginjakkan kaki di pasir putihnya
Mampir sejenak sandar ke Pulau Hatta untuk sekedar menginjakkan kaki di pasir putihnya

Saat kami asyik menikmati makan siang, tiba-tiba datang serombongan lumba-lumba yang melenggang gembira dan melintas persis di depan pantai. Seru! Saya segera berlari mengambil kamera. Tapi tampaknya ikan lumba-lumba itu seolah hanya sedang menggoda saja. Jika saya sedang lengah, mereka berlarian dan melompat-lompat di depan kami. Tapi saat saya siap dengan kamera, mereka langsung pergi menjauh. Huh, bikin kesel saja!

Pesona keindahan Pulau Hatta
Pesona keindahan Pulau Hatta

Gagal mendapatkan foto rombongan lumba-lumba yang menari, saya segera kembali mencari tempat berteduh agar terhindar dari teriknya sinar mentari. Saya kembali duduk di sebelah Ichy sembari tidur-tiduran di bawah pohon. Di hadapan kami seorang warga tengah sibuk membolak-balik ikan yang mereka jemur di atas anyaman bamboo. Di sebuah gazebo dekat pantai, saya melihat beberapa warga yang sedang menyanyikan sebuah lagu daerah. Ya ampun sudah kenyang, kena sepoi-sepoi angin laut ditambah nyanyian merdu, amboi… seolah dinina-bobok-kan gak sih?

Teman-teman saya saat menyelami keindahan bawah laut Pulau Hatta
Teman-teman saya saat menyelami keindahan bawah laut Pulau Hatta

Baru setelah sekitar satu setengah jam beristirahat, guide tour menginstruksikan agar saya dan kawan-kawan kembali melanjutkan aktivitas menyelam di spot yang terakhir, sebelum akhirnya kami kembali pulang ke pusat kota Banda Naira.

oOo

Writer. Lecturer. Travel Blogger. Broadcaster

Related Posts

Leave a Reply