Kampung Pecinan Semarang dan Pesona 11 Klenteng

Aroma hio dan dupa selalu tercium saat saya memasuki klenteng-klenteng di kawasan Kampung Pecinan Semarang.

Setiap kali memasuki klenteng, saya selalu menemui lilin-lilin yang menyala, lampion, altar atau meja persembahan dan huruf-huruf Mandarin yang tertulis di beberapa sudutnya. Selain itu juga tedengar lagu-lagu Mandarin yang diputar hanya sayup-sayup saja.

Suasananya pun begitu hening, karena biasanya ada satu dua orang atau bahkan lebih, yang tengah khusuk beribadah.

Aroma Dupa dan Hio di Klenteng
Aroma Dupa dan Hio di Klenteng.

 

11 Klenteng di Kampung Pecinan Semarang

Selama saya menelusuri kampung Pecinan Semarang ini, tercatat ada 11 buah klenteng yang berada di perkampungan ini. Klenteng-klenteng ini terpisah di beberapa tempat. Ke 11 klenteng itu adalah:

  1. Klenteng Tong Pek Bio
  2. Klenteng Ling Hok Bio
  3. Klenteng Hoo Hok Bio
  4. Klenteng Hwie Wie Kong
  5. Klenteng Tiong Gie Tong
  6. Klenteng Tri Noto Buko Bawono
  7. Klenteng Gerjen
  8. Klenteng Tay Kak Sie
  9. Klenteng Siu Hok Bio
  10. Klenteng Tek Hay Bio
  11. Klenteng See Ho Kiong

Namun, kalau sebelas-sebelasnya dibahas, saya khawatir malah membuat bingung nantinya. Jadi, di artikel ini saya hanya akan bahas tentang 4 klenteng yang terakhir saja, ya!

Tapi… apa menariknya mengunjungi kelenteng-klenteng itu?

Kampung Pecinan Semarang
Gapura di kawasan Kampung Pecinan Semarang.

Kawasan Kampung Pecinan Semarang, masuk dalam wilayah Semarang Tengah. Jika dari arah Jl. Gajah Mada, begitu masuk perkampungan ini, kita akan disambut gapura megah yang didominasi warna merah.

Di sepanjang kawasan itu, berjejer deretan bangunan tua yang berdempet-dempetan. Sebagian dari bangunan itu kosong dan sebagian lagi menjadi toko atau rumah makan. Tak heran, jika pagi hingga sore hari kita akan menemui aktivitas bisnis yang lumayan sibuk. Dari mulai penjualan kain, perhiasan, berbagai jenis toko kue dan makanan, hingga kebutuhan sehari-hari.

Kawasan Pecinan Semarang padat penduduk
Pecinan Semarang yang termasuk padat penduduk.

Keberadaan masyarakat di Kampung Pecinan Semarang, memiliki sejarah panjang dan kelam, bahkan sejak sebelum penjajahan Belanda berkuasa. Di era penjajahan Belanda dahulu, masyarakat Cina (Tionghoa) kala itu pernah melakukan pemberontakan.

Mereka bergabung dengan pasukan Trunojoyo untuk melakukan perlawanan. Akibat pemberontakan itu, pemerintah Belanda berkali-kali memindahkan permukiman mereka agar lebih mudah diawasi. Dari yang semula bermukin di Gedong Batu, dipindah ke daerah yang dekat dengan pos militer Belanda, sampai akhirnya dipindah ke sebuah tanah kosong. Pemukiman yang terakhir inilah yang kemudian kita kenal sebagai Kampung Pecinan Semarang saat ini.

Menyusuri kawasan ini, berarti kita akan mengalami wisata yang tidak biasa. Kita akan disuguhi kekayaan budaya dan cerita masa lalu. Terutama, keberadaan klenteng-klenteng yang sudah ada sejak ratusan tahun silam.

Memang, semua klenteng itu memiliki ciri khas yang hampir sama. Baik dari bangunan atau arsitekturnya, masing-masing memiliki kekhasan sendiri-sendiri yang bisa dilihat dari pernak-perniknya. Pernak-pernik itulah yang membuat sebuah klenteng mempunyai makna simbolik dan filosofi yang berbeda.

Saya sendiri, meski sangat tertarik dan penasaran, namun tidak menguasainya. Karena untuk memahami makna dan filosofi ini dibutuhkan pengetahuan yang cukup dan butuh waktu yang cukup lama. Saking rumitnya.

Misalnya, tentang ornamen atau hiasan hewan yang terpasang di sebuah klenteng. Setiap hewan memiliki makna simbolik tertentu.

Harimau, merupakan simbol kejantanan dan keberanian. Gambar kepala harimau yang dipasang di pintu masuk, dimaksudkan untuk menangkal roh jahat agar tidak masuk ke dalam rumah.

Simbol Naga di Klenteng Semarang
Simbol Naga hijau di pintu masuk klenteng.

Naga, yang kalau di dunia Barat dianggap sebagai hewan yang buruk dan jahat, bagi kaum Tionghoa hewan ini cenderung merupakan simbolisasi sumber kebaikan dan kemakmuran. Meski tentunya, tidak sesederhana itu pengartiannya.

Simbol Naga di atap Klenteng
Simbol Naga di atap Klenteng

Jika di atap klenteng kita melihat ada 2 ekor naga yang sedang bermain bola api, itu melambangkan pembawa pesan dari langit ke bumi dan pembawa hujan bagi para petani. Kalau ada gambar naga hijau berpasangan dengan harimau putih yang dipasang pada pintu masuk klenteng, dipercayai bisa menjauhkan roh-roh buruk sehingga ‘tidak berani’ masuk ke dalam klenteng.

Selain naga hijau dan harimau putih, masih ada simbol hewan-hewan lainnya, seperti: gajah, kuda, burung, ikan, kepiting, kelelawar, dan lain-lain.

Saya sendiri, penasaran dengan simbol unicorn, tapi sampai sekarang belum pernah ketemu. Simbol hewan-hewan itu bisa dipasang dimana saja. Bisa di pintu, atap, di meja atau altar persembahan, pada tiang, atau di kerajinan perunggu.

Sebenarnya, bukan hanya hewan saja yang dijadikan simbol. Masih ada beberapa lainnya, seperti misalnya hiasan pohon bambu yang melambangkan usia panjang, warna emas yang melambangkan kemakmuran, bunga melambangkan keuletan, patung manusia dan dewata dimaksudkan untuk menjaga dan membawa berkah, dan masih banyak lagi simbol lainnya.

Intinya, semua ornamen atau hiasan yang dipasang di klenteng memiliki makna simbolik tertentu dan pastinya makna yang baik.

Sebelas klenteng yang ada di Kampung Pecinan Semarang, memiliki keunikan arsitektur masing-masing dan sejarah yang berbeda-beda. Kalau saya boleh mengibaratkan, memasuki kawasan Pecinan Semarang sama dengan memasuki wilayah 1000 klenteng.

 

Klenteng Tay Kak Sie

Klenteng Tay Kak Sie merupakan klenteng yang paling terkenal. Jika ada wisatawan dari luar kota yang datang dan menanyakan tentang klenteng mana yang harus dituju, pastilah akan dirujuk kesini. Klenteng ini merupakan klenteng induk bagi seluruh klenteng yang ada di Semarang. Lokasinya ada di Gang Lombok dan biasa disebut Klenteng Gang Lombok.

Klenteng Tay Kak Sie
Klenteng Tay Kak Sie

Klenteng ini memiliki bangunan yang megah dan memiliki dewa paling lengkap. Konon untuk mendirikan klenteng yang dibangun pada tahun 1771 ini, sengaja didatangkan tukang-tukang langsung dari Tiongkok.

Klenteng Tay Kak Sie ini memiliki halaman yang luas, sehingga sering dipakai untuk latihan Barongsai. Jika kebetulan tengah merasa lapar, di sekitar kelenteng itu terdapat food court yang menyediakan berbagai menu dan ada juga toko lumpia Gang Lombok yang sangat terkenal.

Lumpia Semarang Gang Lombok
Toko Lumpia di Gang Lombok yang terkenal itu.

Di samping klenteng Tay Kak Sie persis, terdapat rumah abu Kong Tik Soe, rumah tempat menyimpan abu para leluhur mereka. Di era pemerintahan Hindia Belanda dulu, rumah itu merupakan tempat kongkoan atau perkumpulan pejabat Tionghoa. Salah satu tugas dari para pejabat itu adalah mencatat data kependudukan, kematian dan perkawinan warga Tionghoa.

Di depan rumah abu tadi, dulunya kita melihat replika kapal Cheng Ho. Namun sejak Oktober 2014 lalu, replika kapal itu sudah dibongkar karena mengganggu aliran sungai.

 

Klenteng Siu Hok Bio

Klenteng tertua di kawasan Pecinan Semarang, yaitu Klenteng Siu Hok Bio.

Klenteng Siu Hok Bio Semarang
Klenteng Siu Hok Bio.

Didirikan tahun 1753 oleh warga Pecinan Lor sebagai ungkapan syukur atas rezeki yang diterima mereka. Siu Hok Bio memiliki arti makmur dan panjang umur. Konon, beberapa orang menyatakan telah menerima anugerah dari Dewi Bumi karena bekerja keras merawat klenteng ini.

Klenteng Siu Hok Bio memiliki ukuran yang lebih kecil dibanding klenteng-klenteng lain di kawasan Pecinan Semarang. Lokasinya tepatnya berada di Jl. Wotgandul Timur no.38 dan jika dilihat dari arah Gang Baru bangunannya berada dalam posisi ‘tusuk sate’. Dengan kondisi demikian, diyakini, kalau keberadaan klenteng tersebut dapat menangkal aura buruk dan bahaya.

 

Klenteng Tek Hay Bio

Kalau ada klenteng yang memuja dewa asli Indonesia, itulah Klenteng Tek Hay Bio.

Klenteng Tek Hay Bio
Klenteng Tek Hay Bio

Klenteng ini memuja Tek Hay Cin Jin, pahlawan penguasa lautan dan pelindung para nelayan. Tidak ada seorangpun yang mengenal nama sesungguhnya dari Tek Hay Cin Jin.

Tapi berdasarkan ‘Riwayat Semarang,’ nama itu merupakan gelar yang diberikan kepada sosok bermarga Kwee dengan nama Kwee Lak Kwa. Beliau adalah seorang pedagang yang melakukan pemberontakan terhadap VOC di tahun 1740. Lalu tertangkap dan kemudian menghilang.

Sejak saat itu, para nelayan sering melihat penampakan Kwee Lak Kwa untuk menolong mereka yang kesusahan. Misalnya, dalam menghadapi angin ribut.

Nama Tek Hay Cin Jin atau Kwee Lak Kwa hanya dikenal di Indonesia saja, khususnya di pantai-pantai utara Pulau Jawa. Tak heran jika memasuki klenteng ini kita akan menemui gambar atau pahatan yang menyerupai dua ekor naga di dalam laut serta beberapa ornamen dengan dominasi unsur laut.

Unsur Naga dan Laut di Klenteng
Unsur Naga dan lautan

Klenteng yang juga disebut sebagai Klenteng Samudera Indonesia ini, berlokasi di Jl. Gang Pinggir.

 

Klenteng See Hoo Kiong

Klenteng See Hoo Kiong yang berlokasi di Sebandaran, merupakan satu-satunya klenteng di kawasan Pecinan Semarang yang dari luar tampak kusam. Padahal usia klenteng ini terhitung paling muda dibanding klenteng lainnya, karena didirikan pada tahun 1881.

Usut punya usut, ternyata atapnya memang sengaja tidak pernah dipugar atau dicat dengan warna baru karena memang dilarang oleh sang dewa.

Klenteng See Hoo Kiong di Kampung Pecinan Semarang
Klenteng See Hoo Kiong Semarang

Meskipun tampak kusam begitu, arsitektur bangunan klenteng ini termasuk yang paling indah. Tak heran jika pemerintah Kota Semarang menganugerahinya sebagai bangunan cagar budaya rumah ibadah terbaik di tahun 2005.

Bahkan, setahun kemudian, tepatnya di 2006, musisi jazz kenamaan, Bubi Chen, menggelar konsernya di halaman depan klenteng ini. Ia berkolaborasi dengan orkes Toa Kok Tui yang dipimpin dalang Wayang Potehi, Thio Tiong Gie.

***

Jika kebetulan menyusuri kawasan Pecinan Semarang pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu, jangan lewatkan kesempatan untuk menikmati wisata kuliner di Warung Semawis yang berlokasi di Gang Warung.

Pasar Semawis di Pecinan Semarang
Pasar Semawis di kawasan Pecinan Semarang

Di sepanjang jalan gang itu ditawarkan beraneka ragam menu makanan dari mulai siomay, bakso, bakmi, bacang, seafood, sate babi, soto, gudeg, babat gongso, capcay, sosis bakar dan lain-lain.

Kalau memang jago nyanyi, manfaatkan fasilitas karaoke yang menawarkan lagu-lagu Mandarin. Atau mungkin ingin diramal? Ada juga.

Beberapa teman dari luar kota yang pernah saya ajak ke Warung Semawis, selalu menyatakan senang dan puas. Mereka bisa memilih sendiri menu atau makanan yang mereka inginkan dengan cara mendatangi langsung stand atau tenda-tenda makanan yang berjejer kiri dan kanan di sepanjang gang itu. Setelah pesanan datang, kita bareng-bareng menyantap makanan sambil mengobrol panjang lebar dan menikmati suasana hingga larut malam

***

Tips Mengunjungi Kampung Pecinan Semarang

  • Banyak hotel yang tersedia di kawasan Pecinan Semarang, misalnya: Hotel Semesta, Hotel Quest atau Hotel Pelampitan. Atau kalau yang berkelas, bisa mencoba Hotel Gumaya.
  • Menyusuri kawasan Pecinan Semarang, lebih baik berjalan kaki atau naik motor/ojek, mengingat banyak jalan atau gang yang padat dan sempit di kawasan tersebut. Jika ingin lebih santai dan tak ingin capek, bisa mencoba naik becak yang banyak tersedia di sekitar gapura pecinan. Biayanya sekitar Rp 20.000,- hingga Rp 30.000,- Sudah puas muter-muter kawasan Pecinan sampai kembali ke hotel lagi.
  • Jajanan kuliner di Warung Semawis, hanya berlangsung setiap hari jumat, sabtu dan minggu mulai sore hari sekitar jam 18.00 sampai selesai. Lebih baik tidak pada saat musim hujan, karena merupakan tempat jajanan di udara terbuka, jika hujan para penjaja makanan akan bubar. Selain juga lokasi tersebut becek atau banjir.

    Baca juga: 5 warung makan siang di Semarang

***

Cerita perjalanan menyusuri klenteng di Pecinan Semarang ini saya lakukan medio tahun 2014, mungkin terdapat beberapa informasi secara khusus terkait harga yang sudah tidak relevan lagi saat ini. 

Writer. Lecturer. Travel Blogger. Broadcaster

Related Posts

Leave a Reply